fbpx

Donor ASI, Perhatikan Hal Berikut Sebelum Menerima dan Mendonorkan ASI

Donor ASI terkadang menjadi salah satu solusi bagi Ibu yang merasa asinya tidak cukup. Namun pilihan ini bisa menjadi permasalahan baru bagi sebagian Ibu. Karena itu, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan saat menerima donor ASI. Pastikan ASI yang diterima berasal dari Ibu donor yang sehat dan donor ASI sebisa mungkin sifatnya hanya sementara. Penting bagi Ibu untuk tetap berusaha meningkatkan produksi ASI nya sendiri.

Yuk, untuk lebih detailnya kita simak apa saja sih syarat-syarat ASI donor yang baik dan resikonya pada bayi :

ASI Donor berasal dari Ibu yang sehat jasmani dan rohani

Untuk bisa menjadi donor ASI, ibu menyusui harus memenuhi beberapa persyaratan dari segi kesehatan.

Berikut ini adalah beberapa hal yang wajib dipenuhi oleh ibu menyusui jika ingin menjadi pendonor ASI:

  • Bersedia menjalani tes darah, supaya kondisi kesehatannya bisa diketahui.
  • Memiliki kondisi kesehatan yang baik tidak dalam keadaan sakit seperti demam, pilek dll.
  • Tidak sedang mengonsumsi suplemen herbal dan obat-obatan medis, termasuk insulin, hormon pengganti tiroid, pil KB, dan produk obat yang bisa memengaruhi bayi.
  • Memiliki ASI yang berlebih.

Di Indonesia sendiri sudah ada peraturan tentang donor ASI, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Isinya menyatakan:

Pemberian ASI eksklusif oleh pendonor ASI dilakukan dengan persyaratan:

  • Adanya permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan;
  • Kejelasan identitas, agama, dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas oleh ibu atau keluarga dari bayi penerima ASI;
  • Adanya persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi yang diberi ASI;
  • Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak memiliki indikasi medis yang tidak memungkinkan dilakukannya pemberian ASI eksklusif;
  • ASI tidak diperjualbelikan.

Ibu yang tidak bisa mendonorkan ASI, jika :

  • Mengidap HIV, HTLV (human T-cell leukemia virus), hepatitis B atau C, atau sifilis
  • Memiliki pasangan seksual yang berisiko terkena HIV, HTLV, hepatitis B atau C, atau sifilis
  • Telah menggunakan narkoba dalam setahun terakhir
  • Merokok atau menggunakan produk tembakau lainnya
  • Meminum lebih dari jumlah alkohol yang ditentukan
  • Telah bepergian ke negara-negara tertentu (yang mempunyai paparan resiko penyakit menular) baru-baru ini.

Risiko memberikan donor ASI pada bayi

Donor ASI memang lebih baik dari pada formula atau asupan pengganti lainnya. Namun ada hal yang perlu diperhatikan saat menerima donor atau mendonorkan ASI. Usahakan ASI dalan keadaan steril. Sudah melakukan screening di rumah sakit yang menjadi rujukan. Ibu pendonor masuk dalam kriteria yang layak.

Berbagi ASI juga bisa mengundang risiko kesehatan untuk bayi, tergantung pada siapa pendonor ASI dan bagaimana mekanisme donor itu dilakukan, seperti bagaimana penyimpanan ASI. Risiko untuk bayi tersebut antara lain:

  • Terpapar penyakit menular, termasuk HIV.
  • Terkontaminasi zat-zat kimia dari obat-obatan yang dikonsumsi ibu pendonor.

Seperti susu pada umumnya, ASI yang tidak disimpan atau dibekukan dengan benar bisa menjadi terkontaminasi dan tidak aman untuk diminum. Selain itu, perhatikan pula bahwa kebutuhan gizi tiap bayi bergantung kepada banyak faktor, termasuk usia dan kondisi kesehatan bayi. Oleh karenanya, konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu tentang pilihan memberikan ASI donor untuk anak.

Jika bunda merasa ASI belum mencukupi, sebaiknya bertemu dengan konselor menyusui atau dokter laktasi terdekat sebelum memutuskan untuk mencari asi donor.

Penulis : Shobi (disunting: Mimi) 

Referensi : https://www.webmd.com/baby/how-to-donate-breast-milk (2023)

https://www.idai.or.id/publications/buku-idai/konsensus-penggunaan-asi-donor (2023)

Blackshaw, K., et al. (2021). The risk of infectious pathogens in breast-feeding, donated

Pemerintah Indonesia, 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jakarta

Scroll to Top